Sekolah Itu Investasi atau Ilusi? Cuan vs Cita-Cita di Dunia Nyata

Pendidikan sering disebut sebagai “investasi masa depan”. Orang tua rela membayar mahal, siswa berjuang menempuh ujian bertahun-tahun, dan pemerintah menggelontorkan dana besar untuk sektor pendidikan. link daftar neymar88 Namun, di tengah kenyataan dunia kerja yang makin kompleks, muncul pertanyaan yang tidak nyaman: apakah sekolah benar-benar sebuah investasi yang menguntungkan, atau justru menjadi ilusi yang tidak selalu menghasilkan sesuai janji? Ketika dunia nyata menuntut cuan (penghasilan), sementara cita-cita sering kali harus berkompromi, bagaimana posisi pendidikan formal di tengah tarik-menarik ini?

Sekolah Sebagai Investasi: Harapan Ideal

Dari perspektif klasik, sekolah adalah salah satu bentuk investasi manusia (human capital). Teorinya sederhana: semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar peluangnya untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik dan penghasilan lebih tinggi. Data statistik memang menunjukkan korelasi antara tingkat pendidikan dengan gaji yang lebih baik, terutama untuk profesi-profesi tertentu seperti dokter, pengacara, atau insinyur.

Di sisi lain, sekolah juga berfungsi membentuk karakter, memperluas wawasan, dan mengajarkan nilai-nilai sosial. Bagi banyak orang, pendidikan adalah batu loncatan untuk memperbaiki kualitas hidup dan mengejar cita-cita pribadi.

Realita di Lapangan: Gelar Tidak Lagi Jaminan Cuan

Namun, kenyataan dunia kerja jauh lebih rumit. Banyak lulusan perguruan tinggi yang berakhir menganggur atau bekerja di bidang yang tidak relevan dengan jurusannya. Lapangan pekerjaan semakin kompetitif, dan perusahaan lebih banyak mencari keterampilan praktis daripada sekadar ijazah.

Beberapa sektor pekerjaan juga tidak lagi memprioritaskan gelar akademis. Banyak profesi baru di dunia digital, seperti content creator, programer, atau pebisnis daring, yang lebih menilai skill dan portofolio daripada titel pendidikan. Kondisi ini membuat sebagian orang mulai mempertanyakan apakah investasi sekolah selalu sebanding dengan hasilnya.

Cuan vs Cita-Cita: Jalan yang Tidak Selalu Sejalan

Banyak siswa yang tumbuh dengan cita-cita tertentu—menjadi seniman, penulis, peneliti, atau profesi lain yang lebih dekat dengan idealisme. Namun, dunia nyata sering memaksa kompromi karena tekanan ekonomi. Gaji, kestabilan finansial, dan kebutuhan hidup sering menggeser prioritas dari cita-cita ke sekadar bertahan hidup.

Di sinilah dilema muncul. Apakah pendidikan mendorong siswa mengejar impian, atau justru mengarahkan mereka ke jalur yang lebih “aman” secara finansial, meski tidak sesuai passion? Sistem pendidikan terkadang masih belum mampu menjawab kebutuhan unik setiap individu, apalagi dunia kerja yang bergerak sangat cepat.

Ketimpangan Akses: Investasi yang Tidak Merata

Sekolah memang bisa jadi investasi yang menguntungkan, tapi tidak semua orang punya akses yang setara. Biaya pendidikan yang tinggi membuat sebagian orang tidak bisa masuk ke kampus terbaik atau mendapatkan pelatihan berkualitas. Bahkan setelah lulus, jaringan sosial dan akses informasi bisa menentukan seberapa besar peluang seseorang untuk sukses.

Kondisi ini membuat hasil “investasi pendidikan” sering kali ditentukan oleh latar belakang ekonomi, bukan hanya usaha dan kemampuan pribadi.

Kesimpulan

Sekolah bisa menjadi investasi yang menguntungkan, terutama jika didukung oleh keterampilan yang relevan, jejaring yang kuat, dan pemahaman dunia nyata. Namun, dalam banyak kasus, sekolah juga bisa menjadi ilusi, terutama jika sistem pendidikan tidak mampu menyiapkan siswa menghadapi realitas dunia kerja yang terus berubah.

Pendidikan tidak boleh hanya berfokus pada ijazah, tetapi juga harus mengasah keterampilan praktis, membentuk karakter, dan mengajarkan kemampuan beradaptasi. Dunia nyata tidak sekadar tentang gelar akademis, tetapi juga tentang kecakapan untuk menghasilkan cuan tanpa harus mengorbankan cita-cita.